Blog ini masih dibangun...

Cara Shalat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam

Posted by : Administrator

Ringkasan : SIFAT SHOLAT RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, artikel berikut adalah ringkasan tentang penjelasan cara shalat rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang dikutip dari buku Sifat Shalat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam”, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, dan dari berbagai sumber lainnya yang tentu saja berlandaskan dari Al-Qur'an dan Sunnah.

Sifat shalat rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

1. a. Niat

Dalilnya (dasarnya):
“Setiap amal bergantung dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Akan tetapi, seringkali kita jumpai orang yang berniat dengan mengucapkannya dengan lisan, padahal ini tidaklah dibenarkan (oleh syari’), bahkan hal tersebut merupakan perbuatan bidah karena tidak ada dasarnya baik dari Al-qur'an maupun Hadits. 
b. Berwudhu

Dalilnya (dasarnya):
 - “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak melakukan shalat, maka cucilah muka kalian, kedua tangan kalian hingga siku, dan usaplah kepala kalian, dan (cucilah) kedua kaki kalian hingga kedua mata kaki…” (Al-Ma’idah: 6).

- “Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.” (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).

- dll.

2. a. Menghadap Kiblat

Dalilnya (dasarnya):
“Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.” (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).

   b. Merapatkan shaf apabila berjamaah

Dalilnya (dasarnya):
- Sahabat yang mulia yang bernama Anas bin Malik -radhiallahu Ta’ala ‘anhu- yang menerangkan tata cara dan kaifiyah meluruskan dan merapatkan shaf di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Anas bin Malik berkata:
“Dulu, salah seorang di antara kami menempelkan bahunya dengan bahu teman di sampingnya serta kakinya dengan kaki temannya. Andaikan engkau lakukan hal itu pada hari ini, niscaya engkau akan melihat mereka seperti bagal yang liar”.
(HR.Al-Bukhari).

Ket: Bagal liar adalah binatang hasil percampuran keledai dengan kuda.

-Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar -radhiallahu Ta’ala ‘anhuma- beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya) dan barangsiapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutuskannya (dari rahmat-Nya)”.
(HR.Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’iy dan lainnya).

- dll.

3. Menggunakan Pembatas (Sutrah)

Dalilnya (dasarnya):
"Jika diantara kalian sholat, maka hendaknya menggunakan sutrah di dalam sholatnya walaupun hanya sebuah anak panah “
(HR Ahmad).

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri shalat dekat sutrah (pembatas) yang jarak antara beliau dengan pembatas di depannya 3 hasta.”
(HR. Bukhari dan Ahmad).

Tidak membiarkan hewan atau orang yang sudah dewasa lewat didepan saat shalat.

Dailnya:
Bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam sedang sholat, tiba-tiba lewat seekor kambing di depannya, maka beliau segera bergerak menuju kiblat mendahului kambing tersebut, sehingga beliau menempelkan perutnya ke kiblat
(HR.Ibnu Huzaimah).

* Hukum Lewat didepan orang yang sedang shalat

Mengenai hukum lewat di depan orang sholat itu sendiri ada sebuah hadits yang sangat tegas. Bisr bin Sa’id meriwayatkan bahwa Zaid bin Khalid Al-Juhni datang ke Abu Juhaim untuk bertanya kepadanya apa yang ia dengar dari Rasulullah tentang orang yang lewat di depan orang sholat. Abu Juhaim berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Kalau saja orang yang lewat di depan orang yang sedang sholat mengetahui apa (akibat) baginya, niscaya berdiri selama empat puluh lebih baik baginya daripada lewat di depannya’.” Abu An-Nazhar berkata, “Saya tidak mengetahui apakah beliau bersabda empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun.”
[HR. Bukhari (510)]

“Janganlah kamu shalat kecuali menghadap sutrah dan jangan biarkan seorang pun lewat di hadapanmu. Jika ada yang ngotot ingin lewat, perangilah ia. Karena sesungguhnya ada setan bersamanya. ”
(HR. Ibnu Khuzaimah no. 800).

Berdasarkan hujjah-hujjah diatas, jelaslah sudak hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Islam. Dan marilah kita beramal dan shalat sesuai tuntunan dari Al-Qur'an dan Sunnah, bukan menurut apa yang kita lihat dan bukan pula menurut prasangka atau pemikiran pribadi kita, dan bukan juga karena mengikuti orang banyak atau mengedepankan akal, atau pun mengikuti ajaran nenek moyang kita. Marilah kita beramal dengan berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah agar kita tidak tersesat, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

“Aku tinggalkan ditengah-tengah kalian dua perkara. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku (Hadits).”
(HR. Malik)

*Apabila shalat dilakukan berjamaah, maka cukup imam yang menggunakan sutrah.

Dalilnya (dasarnya):
“ Pada suatu hari aku datang dengan mengendarai keledai, pada waktu itu aku sudah dewasa. Ketika itu Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sedang shalat bersama para sahabat di Mina, kemudian aku lewat di depan shaf mereka, sedang keledainya aku biarkan makan, kemudian aku masuk ke dalam shaf dan tidak ada satupun yang mengingkari perbuatanku tadi “.
(HR Muslim).

4. Bertakbir (Sambil Mengankat Tangan)

Dalilnya (dasarnya):
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai shalat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya."
(Muttafaqun 'alaihi).

* Membuka shalat dengan takbir, bukan dengan Audzubillahimina shaytanirajim atau bacaan lainnya.

Dalilnya:
- Dari Ibnu Umar RA, ia bercerita: “Ketika berdiri untuk shalat, Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya hingga lurus dengan kedua bahunya lalu beliau bertakbir…”. (HR. Muslim [1:292 no.22]).

- “Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.” (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).

- Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu' dan melakukan wudhu' sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar."
(HR. Al Imam Thabrani).

Dalam beramal, hendaklah kita beramal sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh rasul karena apabila amalan kita tidak ada contohnya dari rasul maka akan tertolak.

Dalilnya (dasarnya):
Dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan suatu amalan, yang tidak ada contoh sebelumnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."
(HR. Muslim, no. 1718 [17, 18])

5. Bersedekap (meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri)

Dalilnya (dasarnya):
“Sungguh aku akan melihat shalat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bagaimana cara beliau shalat.” Dia berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdiri dan menghadap kiblat, lalu bertakbir dan mengangkat kedua tangannya sampai sejajar kedua telinganya…kemudian meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kiri, pergelangan dan hastanya.”
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah).

meletakkan.gif

* Meletakkan tangan diatas dada:
Diriwayatkan dari Wa’il bin Hujr, ia berkata, “Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau telah meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya serta meletakkannya di atas dada.
(HR. Ibnu Khuzaimah. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al_Albani dalam kitab Al_Irwa’ Al_Ghalil)

6. Memandang Tempat Sujud

Dalilnya (dasarnya):
Diriwayatkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam sholat).”
(HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

7. Membaca Doa Istiftah

Dalam bacaan pembukaan, terkadang Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam membaca doa sebagai berikut:

- Allohumma baa’id baini wa baina khothoyaya ...... dan seterusnya.
- Wajjahtu wajhiya lilladzi fathorossamawaati wal ardh ....... dan seterusnya.
- Subhaanaka Allohumma wabihamdika tabaarakasmuka wata'aala jaddduka walaa ilaha ghoiruka
(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268)

- dll.

8. Membaca Ta’awwudz

Dalilnya (dasarnya):
Kemudian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca ta’awwudz dengan mengucapkan ”A’udzubillahis-samii’il’alim minasysyaithoonirrojim” [Aku berlindung kepada Alloh Yang Mahamendengan lagi Mahamengetahui dari godaan setan yang terkutuk]
(HR Abu Daud, Tirmidzi & Ahmad).

Terkadang Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menambahinya dengan:
”A’udzubillahi minasyaithonirrojim min hamazihi wanafkhihi wanafatsihi” (Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk dari semburannya, kesombongannya, dan hembusannya)
HR Abu Daud, Ibnu Majah, Daruquthni & Hakim).

9. Membaca Bismillahirohmanirrohim

Dalam hal ini, terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama.

A. Pendapat pertama
Basmalah tidak termasuk ayat dari surat al-Fatihah.
Hukumnya sunnah dibaca secara sirr ketika membaca al-Fatihah dalam shalat
Pendapat ini dipegang oleh Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah dan Sufyan ats-Tsauri.

B. Pebdapat kedua: Basmalah bukan termasuk ayat dari surat al-Fatihah.
Pendapat ini dipegang oleh Imam Malik.
Hukumnya makruh dibaca beserta al-Fatihah dalam shalat fardhu baik secara pelan maupun keras, namun boleh dibaca dalam shalat sunat.

C. Pendapat ketiga: Basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fatihah.
Hukumnya wajib dibaca beserta al-Fatihah secara keras (jahr) dalam shalat jahriyyah dan secara sirr dalam shalat sirriyyah. Pendapat ini menjadi pegangan Imam asy-Syafi’i dan pengikutnya.

D. Pendapat keempat: Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Abi Laila dan al-Hakam menurut penuturan al-Qadhi Abu Thayyib ath-Thabari, bahwa basmalah mau dibaca keras atau pelan itu sama saja. Ulama yang berpendapat basmalah boleh dibaca pelan maupun keras di antaranya Ishaq bin Rahawaih, dan Ibnu Hazm.

E. Pendapat kelima : Basmalah dapat dibaca sekali tempo secara keras dan sekali tempo secara pelan, walau secara sirr dianggap lebih sering dikerjakan Nabi SAW. Pendapat ini dimotori oleh Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma’ad fi Hadyi Khair al-`Ibad : 1/119.

10. Membaca Surat Al-Faatihah

Kemudian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surat al-Faatihah dengan memotong setiap ayat :
a. Bismillaahir-rahmanir-rahim.
b. Alhamdulillaahirab-bil’aalamiin.
c. Sampai dengan akhir ayat.

Demikian Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca al-Fatihah sampai akhir surah. Beliau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak menyambung ayat dengan ayat berikutnya. Demikian yang diriwayatkan Abu Daud dan Sahmi.

11. Diam Dan Mendengarkan Imam

Apabila imam sedang membaca al-Fatihah maka makmum harus diam dan mendegarkan bacaan imam.

Dalilnya:
Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
”Sesungguhnya dijadikannya imam itu agar diikuti oleh makmum, maka apabila mengucapkan takbir, ikutilah mengucapkan takbir. Janganlah membaca al-Qur’an, diam dan dengarkanlah.”
(HR Abu Daud, Muslim & Abu Uwanah).

*Bacaan Imam menjadi bacaan makmum.

Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ”Barang siapa yang shalat bermakmum maka bacaan imam adalah menjadi bacaannya juga.”
(HR. Daruquthni, Ibnu Majah & Ahmad).

*Makmum Wajib Membaca al-Faatiha Pada Shalat Yang Tanpa Suara

Dalilnya:
Jabir berkata ”Kami membaca al-Faatihah dan surah al-Qur’an pada sholat Dzuhur dan Ashar dibelakang imam pada dua rakaat pertama, sedangkan pada dua rakaat berikutnya membaca al-Faatihah (saja).” (HR. Ibnu Majah).

12. Mengucapkan Amin

Dalilnya:
“Bila Nabi selesai membaca Al-Fatihah (dalam sholat), beliau mengucapkan amiin dengan suara keras dan panjang.”
(HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud)

13. Membaca Salah satu Surat dari Al-Qur'an

Bacaan sholat Rasulullah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bermacam-macam.
Kadang Nabi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surat ar-Rum (60 ayat), kadang ash-Shaffat (182 ayat), kadang surat Zalzalah (7 ayat) dan lain-lain.

14. Diam Sejenak

Setelah Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam selesai membaca Qira'at, maka beliau berhenti sejenak atau thumaninah
(HR Abu Daud dan Al- Hakim, lama berhenti diperkirakan sepanjang sehela nafas)

kemudian mengangkat kedua tangannya dengan cara-cara seperti diterangkan di dalam takbirati ‘l-Iftitah (takbir pembukaan) dan bertakbir, lalu ruku'
(HR Bukhari dan Muslim).

15. Bertakbir sambil mengangkat tangan Sebelum Ruku'

Dalilnya:
Ibnu Umar ra, “Bahwasanya Nabi saw apabila beliau melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin ruku, beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula kalau beliau bangkit dari ruku” (HR Bukhari Muslim).

16. Ruku'

Cara Ruku':

- Beliau menguatkan, kedua tangannya kepada kedua lututnya seakan-akan beliau memegang erat kedua lututnya itu.
(HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).


- “Beliau tidak mendongakkan kepalanya dan tidak pula menundukkannya.”
(HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).
   
 - “Beliau merenggangkan jari-jarinya.”
(HR.Al-Hakim).
- "Apabila kamu ruku', maka letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu. Kemudian, renggangkanlah jari-jemarimu. Lalu, diamlah, sehingga setiap anggota badan mengambil bagiannya".
(HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

*  Menjauhkan siku dari lambung saat ruku'.

Dalilnya:
-Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya. Ketika ruku Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membentangkan dan meluruskan punggungnya sampai-sampai jika dituangkan air dari diatasnya tidak akan tumpah, Lalu, Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada orang yang tidak benar sholatnya ”Jika engkau ruku, letakkanlah tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu dan tekanlah tanganmu dalam rukumu.”
(HR Ahmad & Abu Daud).

Bacaan-bacaan Ruku':

A. Dari 'Aisyah ia berkata, "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan:
"SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci
Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).
(HR. Bukhari no.752)

B. ”Subhana rabbiyal’adhim” (3x) (”Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung”) (Dibaca 3 kali)
(HR. Ahmad, Abu Daud & Ibnu Majah)

Terkadang membacanya lebih dari 3 kali (yang menunjukkan lamanya sholat Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam). Bahkan pada suatu kali dalam sholat lail Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam membacanya dengan mengulang-ulang sehingga lama ruku’nya sama dengan lama berdirinya. Padahal Beliau membaca 3 surah panjang (al-Baqarah, an-Nisaa dan Ali Imran) diselingi dengan doa-doa dan istighfar.

C. dll.

17. Bangkit dari Ruku'

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit dari ruku sambil mengucapkan ”Sami allahu liman hamidah ”(Allah mendengar ornag yang memujiNya”)
(HR Bukhari & Muslim)

Makmum mengucapkan rabbana lakal hamdu.
Dalilnya:

- Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika Imam mengucapkan 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ', maka ucapkanlah: 'ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian) '." Karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan Malaikat, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni."
(HR.Bukhari).

18. Berdiri tegak Setelah Ruku'

Dalilnya:
- Dari Aisyah r.a : “Jika Nabi mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau tidak sujud hingga beliau berdiri tegak.” (HR. Muslim no. 498)

* Diam sejenak setelah bangun dari ruku.

Dalilnya:
- Dari Abu Qilabah berkata, " Malik bin Al Huwirits pernah memperlihatkan kepada kami tata cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia lakukan itu bukan pas waktu shalat. Dia lalu berdiri hingga dengan thuma'ninah, lalu rukuk dengan thuma'ninah, lalu mengangkat kepalanya dan berdiam diri sejenak, kemudian dia berkata, "Guru (syaikh) kami ini Abu Buraid pernah shalat memimpin kami." Jika Abu Buraid mengangkat kepalanya dari sujud yang akhir, maka dia duduk dengan lurus sejenak lalu bangkit berdiri."
(HR. Bukhari).

19. Bertakbir Untuk Sujud

Dari Abu Hurairah bahwa apabila Rasulullah saw berdiri shalat beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika ruku’, kemudian mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’ ketika mengangkat tulang sulbinya dari ruku’, kemudian mengucapkan pada saat berdiri, ‘Rabbana walakal hamdu’, kemudian bertakbir ketika turun untuk sujud, kemudian bertakbir ketika bangkit dari sujud, kemudian bertakbir ketika sujud, kemudian bertakbir ketika mengangkat kepala dari sujud, kemudian beliau melakukan hal itu dalam seluruh shalatnya sampai selesai. Beliau juga bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).


20. Bergerak menuju sujud (waktu yang tepat untuk sujud)

Sebelum kita sujud, hendaknya kita menunggu imam telah sujud dahulu, barulah kita turun untuk sujud.

Dalilnya:
- Dari Al Bara' bin 'Azib:
"Kami pernah shalat di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ketika beliau mengucapkan: 'SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya)', tidak seorang pun dari kami yang membungkukkan punggungnya hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan keningnya di atas tanah."
(HR.BUkhari)

21. Sujud

Cara turun menuju sujud:

Meletakkan tangan dahulu kemudian dengkul.
Dalilnya:
“Apabila salah seorang di antara kalian sujud, maka janganlah turun untuk sujud sebagaimana menderumnya onta, dan hendaklah ia meletakkan dua tangannya sebelum dua lututnya”
(HR. Ahmad 2/381; Abu Dawud no. 840; An-Nasa’I no. 1090).

Cara Sujud:
-“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merapatkan jari-jari tangan ketika sujud.”
(HR. Ibn Khuzaimah dan Al Baihaqi dan dishahihkan Al Albani)

-Dari Al-Barra’ bin Azib, dia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Apabila kamu sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu (ke tanah) dan angkatlah kedua sikumu.”
(HR. Muslim no. 494)

Dalam riwayat yang lain :
”Janganlah seseorang dari kalian membentangkan kedua lengannya seperti anjing
membentangkan kakinya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

*Merapatkan kaki saat sujud:
-Berkata ‘A-isyah isteri Nabi shallallahu’alaihiwasallam : “Aku kehilangan Rasulullah shalallau ‘alaihi wasallam padahal beliau tadi tidur bersamaku, kemudian aku dapati beliau tengah sujud dengan merapatkan kedua tumitnya (dan) menghadapkan ujung-ujung jarinya ke kiblat, aku dengar…”
(HR. Al Imam Al-Hakim dan Ibnu Huzaimah)

* Bacaan sujud:

- Dari 'Aisyah ia berkata, "Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan:
"SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci
Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku).
(HR. Bukhari no.752)

- Dari Hudzaifah berkata. Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu’alaihiwasallam. (maka) ketika beliau ruku membaca “Subhaana rabbiyal-‘adzim” dan pada sujudnya (membaca) “Subhaana rabbiyal-a’laa”.
(HR.Al-Khamsah).

- dll.

22. Bertakbir sebelum Duduk Antara Dua Sujud

Dalilnya:
”Tidak sempurna sholat seseorang hinga sujud sampai tulang punggungnya tenang, kemudian mengucapkan Allhu Akbar. Lalu bangkit dari sujud sehingga duduk dengan tegak.”
(HR Ahmad dan Abu Daud).

23. Duduk Antara Dua Sujud

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:
“Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, beliau melarang dari duduknya syaithan.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Bacaan ketika duduk antara dua sujud:
- Dari Huzaifah bahwasanya Nabi shallallahu’alaihiwasallam berucap di antara dua sujud ‘rabbighfirli, rabbighfirli”
(H.R Ibnu majah, Sunan Ibnu Majah, I:289’ An Nasai, Sunan An Nasai, I:580’ Ad-Darimi, Sunan Ad-darimi, I:304)

- Dari Ibnu Abbas ia berkata “adalah raulullah shallallahu’alaihiwasallam mengucapkan (pada waktu) duduk antara dua sujud pada salat malam Rabbigfirli warhamni wajburni warzuqni warfa’ni.“
(H.R Ibnu Majah).

Kemudian Bertakbir Menuju sudjud kedua.

24. Sujud kedua

25. Mengangkat kepala dari sujud kedua sambil bertakbir

Dari Abu Hurairah bahwa apabila Rasulullah saw berdiri shalat beliau bertakbir ketika berdiri, kemudian bertakbir ketika ruku’, kemudian mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’ ketika mengangkat tulang sulbinya dari ruku’, kemudian mengucapkan pada saat berdiri, ‘Rabbana walakal hamdu’, kemudian bertakbir ketika turun untuk sujud, kemudian bertakbir ketika bangkit dari sujud, kemudian bertakbir ketika sujud, kemudian bertakbir ketika mengangkat kepala dari sujud, kemudian beliau melakukan hal itu dalam seluruh shalatnya sampai selesai. Beliau juga bertakbir ketika bangkit dari dua rakaat setelah duduk.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

26. Duduk tegak

Sebellum bangkit berdiri menuju rakaat kedua, rasulullah saw tidak langsung berdiri melainkan beliau duduk terlebih dahulu hingga tegak baru berdiri untuk rakaat kedua.

Dalilnya:
- Dari Malik bin Huwairits , sesungguhnya ia melihat Nabi shallallahu’alaihiwasallam sholat, apabila berada pada roka’at ganjil (roka’at satu dan tiga) dari sholatnya beliau tidak bangkit (berdiri) sehingga duduk dengan tegak.
(HR. Aljama’ah kecuali Muslim dan Ibnu Majah)

- Dari Malik bin Huwairits bahwasanya,
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam shalat, maka bila pada raka’at yang ganjil tidaklah beliau bangkit sampai duduk terlebih dulu dengan lurus.”
(HR. Bukhari, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

*Cara bangkit

Ada dua pendapat tentang hal ini, yang pertama:
A. Mengangkat lutut baru kemudian tangan

Pendapat kedua:
B. Mengangkat tangan baru kemudian lutut

Pendapat A dalilnya :
- Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bangkit ke raka’at kedua dengan tangan bertumpu ke tanah.”
(HR. Asy-Syafi’i dan Bukhari)

- Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebelum bangkit berdiri, terlebih dahulu beliau duduk istiwa’, …. Lalu beliau berdiri sambil bertumpu pada kedua telapak tangannya yang menekan tanah atau lantai.”
(HR. Bukhari dan Abu Dawud)

- Imam Malik bin Huwairits berkata kepada para sahabat, “Bukankah aku telah menyampaikan hadits tentang shalat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam? Setelah itu ia mencontohkannya. Ketika mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua pada raka’at pertama, beliau duduk. Setelah itu bangun dengan bertumpu pada bumi.”

-Imam Asy-Syafi’i setelah menguraikan hadits Malik bin Huwairits berkata, “Kami mengambil pendapat dari hadits ini. Maka kami memerintahkan orang yang bangun dari sujud atau duduk dalam shalat untuk bertumpu dengan kedua tangannya secara bersamaan, mengikuti sunnah.”
(HR. An-Nasa’i, Asy-Syafi’i dan Al-Baihaqi, dengan sanad shahih).

Pendapat B Dalilnya:

-Dari Wail bin Hujr radhiyallahu anhu, ia berkata,
”Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan ketika bangkit dari sujud mengangkat kedua tangannya terlebih dahulu sebelum kedua lututnya.”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ad-Darimi, Ad-Daruqutni, Ath-Thahawi, Ath-Thabarani, Al-Hadzimi, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Al-Baghawi dan Ibnu Hibban).

Dan Menurut Al-Baihaqi: Hadits ini termasuk hadits yang diriwayatkan secara ifradh oleh Syarik Al-Qadhi. Dan menurut Ibnu ‘Arabi dalam Kitab ‘Aridhah Al-Ahwadzi bahwa hadits ini gharib (asing tidak pernah didengar).

Hadits ini Menurut Ad-Daruqutni: Dalam periwayatannya Yazid sendirian, dan tidak menyampaikan hadits dari ‘Ashim bin Kalib selain Syarik, dan Syarik bukan termasuk perawi yang kuat.

27. Raka'at Kedua

Untuk raka'at kedua kita lanjutkan ringkasan langsung pada saat tahiyyat awal.

28. Tasyahhud Awal (attahiyyat awal)

”Bila kamu duduk di pertengahan sholat, hendaklah kamu melakukan thumuninah. Lalu hamparkanlah telapak kaki kirimu kemudian bacalah tasyahud.”
(HR Abu Daud dan Baihaqi).

* Bershalawat:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca shalawat untuk dirinya pada tasyahud awal dan lainnya. (HR. Abu ‘Awanah dalam Shahihnya dan An-Nasa’i)

Bacaan Shalawat:
....Maka Beliau bersabda: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJID. ALLAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID" (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia) ". (H.R. Bukhari)

29. Bertakbir sambil mengangkat tangan saat menuju raka'at ketiga

Dalilnya:
- .... dan begitu pula jika beliau bangkit dari dari tasyahud awal beliau mengangkat kedua tangannya dan takbir” (HR Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi).

Dimana sajakah kita mengangkat tangan sambil bertakbir?

- Pertama, ketika Takbiratul Ihram

- Kedua, ketika hendak ruku’

- Ketiga, ketika bangkit/tegak dari ruku’

- Keempat ketika bangkit untuk rakaat ketiga. 

Untuk yang pertama,kedua,ketiga dalilnya:

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai shalat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya."
(Muttafaqun 'alaihi).

Untuk yang keempat dalilnya:
Dari Nafi’ dari Ibnu Umar : “Bahwasanya Ibnu Umar ketika berdiri dari rakaat kedua ia mengangkat tangannya dan ia merujuk kepada Nabi saw.”
(HR. al-Bukhari,Abu Daud dan an-Nasa’i).

ket: Muttafaqun 'alaih artinya hadits yangdiriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dari shahabat yang sama,dan kalau suatu hadits dikatakan muttafaqun 'alaih maka semua 'ulama sepakat menerimahadits tersebut. Wallaahu A'lam.



30. Raka'at Ke-3 & Raka'at Ke-4

Untuk raka'at ke-4 kita lanjutkan ringkasan langsung pada tahiyyat akhir.

31. Tasyahhud Akhir (tahiyyat akhir)

Bacaan tasyahhud akhir sama dengan tasyahud awal, akan tetapi pada tasyahud akhir disunnahkan untuk memohon perlindungan dari 4 perkara:

Dalilnya:
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Bila seseorang selesai membaca tasyahhud (akhir), hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari 4 perkara. Yaitu ’Allahumma innii a’uudzubika min ’adzaabi jahannam wamin ’adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa wal mamaat, wamin syarri fitnatil masiihid dajjaal’ (Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dari fitnah Dajjal’. Selanjutnya hendaklah ia berdo’a memohon kebaikan untuk dirinya sesuai kepentingannya”.
(HR. Muslim, Abu Uwanah, dan Nasa’i).

32. Salam

- Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengucapkan salam dengan menoleh ke kanan seraya mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kanannya yang putih. Juga menoleh ke kiri seraya mengucapakan “Assalaamu ‘alaikum warahmatullah”, sehingga terlihat pipi kirinya yang putih. (HR.Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi).

Dari Jabir bin Samurah ra, berkata bersabda Rasulullah saw: Mengapa kamu menggerakkan tangan kamu seperti gerakan ekor kuda liar. Bila seseorang diantara kamu mengucapkan salam, hendaklah ia berpaling kepada temannya dan tidak perlu menggerakkan tangannya.” [Ketika mereka sholat lagi bersama Rasullullah, mereka tidak melakukannya lagi]. [Pada riwayat lain disebutkan: “Seseorang diantara kamu cukup meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian ia mengucapkan salam dengan berpaling kepada saudaranya yang di sebelah kanan dan saudaranya di sebelah kiri]. (HR. Muslim, Abu ‘Awanah, Ibnu Khuzaimah dan At-Thabrani).

*Ucapan Salam adalah penutup dalam shalat.

Dalilnya :
"Pembuka shalat adalah wudhu, yang mengharamkannya (dari pekerjaan lain) adalah takbir (takbiratul ihram) sedang yang menghalalkannya (menqerjakan selain pekerjaan shalat) adalah salam".
(HR. At-Tirmidzi [1:8 no.3] dari hadits Ali dan [2:3 no.238] dari hadits Abu Sa’id).

Namun yang sering kita temukan adalah orang berjabat tangan seusai shalat, padahal tidak ada dalil yang menerangkan hal tersebut. Rasulullah memang pernah bersabda:

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu mereka bersalaman melainkan Allah ampuni mereka berdua sebelum mereka berpisah.”
(HR. Abu Daud, dll.).

Akan tetapi, bukan berarti kita boleh berjabat tangan seusai shalat karena tidak ada contohnya dari rasul dan para sahabat. Bukankah rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda :
  
"Barangsiapa melakukan suatu amalan, yang tidak ada contoh sebelumnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."
(HR. Muslim, no. 1718 [17, 18]).

33. Bacaan dzikir selesai shalat

- Dari Tsauban r.a., "Bila Rasulullah merubah posisi duduknya setelah shalat beliau beristighfar tiga kali dan mengucap "Allahumma antas-salam..." (HR Muslim).

- Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila salam (dari shalat) tidak duduk kecuali sekedar membaca: Allahumma antassalam wa minkassalam tabarakta ya dzal jalali wal ikram.
(HR Muslim).

- "Kalian membaca tasbih, takbir dan tahmid sebanyak 33 kali setiap selesai sholat".
(H.R. Bukhari Muslim).

- dll.

34. Imam Menghadap Makmum Seusai Shalat

- Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selesai dari menunaikan shalat, beliau
menghadapkan wajahnya ke arah kami." (HR. Bukhari [dalam shahih bukhari:800]).

* Boleh menghadap kanan atau kiri.

- Dari Qushaibah bin Hulb dari ayahnya bahwa dia shalat bersama Nabi SAW, beliau berputar ke dua arah (kanan dan kiri). (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmizy)

*Bertasbih dengan tangan kanan.

Dari Abdullah bin Umar Radhiallahu’anhu, dia berkata:
“Saya melihat Rasulullah bertasbih dengan (jari-jari) tangan kanannya.” [304]
[304] HR. Abu Dawud (2/81), At-Tirmidzi (5/521), dan lihat Shahihul Jami’ (4/271, no. 4865).

* Hukum bertasbih dengan biji-bijian.

Adapun dengan dengan kalung/kerikil/biji-bijian, terjadi perbedaan pendapat diantara para ulama tentang kesahihan hadits ini:

“ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk menemui saya , dan dihadapan saya ada 4000 biji yang saya gunakan untuk bertasbih. Beliau bersabda : “ Engkau bertasbih dengan ini, maukah kau aku ajarkan dengan sesuatu yang nilainya lebih banyak dari tasbihmu ini..?..” Aku menjawab : “ Tentu, ajarkanlah aku.” Beliau bersabda : “ Ucapkanlah, Subhanallah ‘Adada Khalqihi ( Maha Suci Allah Sebanyak jumlah makhlukNya ).” ( HR. At Tirmidzi No. 3554, Al Hakim No. 2008, Abu Ya’la No. 7118 )

Terjadi perbedaan pendapat tentang kesahihan hadits dari  Shafiyah binti Huyai r.a diatas.
Akan tetapi yang jelas semua sepakat bahwa bertasbih dengan jari tangan adalah lebih afdhal , sebab itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Dari Yusairah dia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada kami: “Hendaknya kalian bertahlil, bertasbih, dan bertaqdis (mensucikan), dan himpunkanlah (hitunglah) dengan ujung jari jemari, karena itu semua akan ditanya dan diajak bicara, janganlah kalian lalai yang membuat kalian lupa dengan rahmat.”
(HR. At Tirmidzi No. 3583, Abu Daud No. 1501, Ahmad No. 27089, Ath Thabrani, Al Mu’jam Al Kabir No. 180, lihat juga Ad Du’a, No. 1662, Musnad Ishaq bin Rahawaih No. 2327, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal No. 2006).


Dalam beramal ataupun shalat, marilah kita shalat sebagaimana yang telah dicontohkan rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sesuai tuntunan Al Qur'an dan Sunnah dan kita harus berpegang teguh kepada kedua dasar tersebut agar tidak tersesat .

Dalilnya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :
Rasulullah shallalaahu ‘alaihi wa ssalam bersabda,
“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”
(HR. Malik).


Dan janganlah mengada-ada dalam perkara agama karena itu merupakan perbuatan bidah sebagaimana sabda rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam :

“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpe-gang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia se-kuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang di-ada-adakan, karena semua perkara yang diada-adakan itu ada-lah bid’ah, sedang setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).”
(HR. Nasa’i dan At-Tirmi-dzi).

Namun apabila pelaku bid'ah adalah para sahabat, maka tidak dapat kita katakan bid'ah yang sesat, karena rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah merekomendasikan para sahabat.

Dalilnya adalah :
Dari Ummu Abdillah Aisyah r.a berkata:
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak
(H.R. Bukhari dan Muslim).

Satu hal lagi yang sekiranya penting untuk disampaikan yaitu, hendaknya kita beramal haruslah ada dalil yang bisa dijadikan hujjah yang kuat, dan haruslah sesuai contoh dari
rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, apabila tidak ada contoh dari  mereka, maka jangan kita berani-berani mengadakannya karena hukumnya adalah bid'ah dan akan tertolak. 

Dalilnya:
Dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anha, bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan suatu amalan, yang tidak ada contoh sebelumnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak."
(HR. Muslim, no. 1718 [17, 18]).

 ”Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam sementara seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang diada-adakan, dan setiap hal yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu berada di neraka.”
(HR. an-Nasa`i).

Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

~ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku salat. (H.R.Ahmad dan Muslim). ~








Copyright®
http://islam-syariah.blogspot.com/

Currently have 0 komentar:


Leave a Reply